Launching Novel Repasang Sayap di Punggungmu
![]() |
Mangun Kuncoro, Lahir di Bengkulu
Utara, 09/09/”89. Masa kecilnya dihabiskan hanya untuk sekedar meniti durian runtuh
sembari ayunan sunur-sunur tebing sungai. menyelesaikan Pendidikan Dasar di SDN
18 Bukit Makmur (2002), kemudian jenjang menengah di MtsN Ketahun (2005).
Hingga akhir masa
kanak-kanaknya harus menjalani takdir untuk merantau ke pulau sebrang nan
asing. Memburu sebuah cita-cita sembari menyusun bait kisah pada kehidupan
baru; menata asa merajut kisah tentang kekerabatan di Pondok Pesantren Al
Maliki Bahrul ’Ulum Tambakberas Jombang Jawa Timur. Melanjutkan Sekolah
Menengah Atas di MAN Tambakberas (2008) . Saat ini penulis menempuh kuliah di STAI Bahrul ’Ulum. Berjuang
adalah kata yang selalu mengalir dalam darahnya. Kecakapannya dalam membimbing
adik-adik Komunitas Pena (KOMA) Bahrul ’Ulum merupakan punjer dalam kiprah
kepenulisannya.
Ia juga tercatat sebagai Pimpinan redaksi majalah kampus KAPAS Media , pembina
FIKRAH EVZHET, pembimbing orda PUTERA ANDALAS
<a href="signin.php" rel="nofollow">sign in</a> |
![]() |
Pengantar Penulis
“Katakanlah, kalau sekiranya lautan menjadi
tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu
sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan
tambahan sebanyak itu (pula).” (QS. Al-Kahfi: 109). Sepenggal ayat Al-Qur’an
itu yang selalu menuntunku untuk mensyukuri apa yang telah terlimpah olehku;
menjadikanku selalu bersujut, bersimpuh merenungi keagunganNya. Walau terkadang
nafsu hati masih merasa kurang akan keadaan. Selalu mencaci tentang keberadaan
Allah dengan eluhan do’a yang teramat menyayat.
Setatusku
hanya sebatas hamba; meronta adalah kata yang selalu mewarnai hari-hariku. Jika
teringat tentang itu semua sungguh malu menjadi umat Nabi Muhammad SAW.
Bagiamana tidak, keteladanan bersuyukur dan sabar amat jauh dari pribadiku.
Bahkan,
aku cemburu pada Fatan: tokoh dalam Novel ini. Pribadi yang ulet, tabah dalam
segala hal; mampu terbangun tatkala ketidakadilan menghujamnya. Sedikitpun ia
tak mengeluh menantang kehidupan yang selalu mengucilkan. Malah ia mampu
merobahnya menjadi sebuah motivasi dalam hidup. Ah, aku tak sebanding dengan Fatan
yang selalu mampu menafsirkan tanda-tanda kebesaran Allah pada kehidupan ini.
Sekuku hitamlah jika aku dibandingkan dengan Fatan.
Melalui novel ini, ucapan
terimakasih penulis sampaikan kepada kedua Orang Tua dan Keluarga yang selalu
jadi panutan bagiku, segenap Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul ’Ulum, wabil khusus ribat Maliki (Abah Fadlullah
beserta Umi Ziyan, mas Malik dan mas Shovi) terimakasih telah membimbingku
memaknai hidup, Ketua STAIBU, segenap Dosen,
Staf kantor STAIBU, temen-temen Cosma SANKPANDU (Mufti, Aab, Saat, Tasnim, Ida, Leli, Badiah, Mala,
Irsyat, Siswanto, Sidiq, Kholil, Mujahim, Chusnul, Bariyah, Rouf, Putri) kalian
inspirasiku, temen-temen KOMA Bahrul ’Ulum ( Bang Shomad, Bang Ali, Bang Sabrang, Bang Hadi,
Bang Zeus, Bang Rozi, Bang Fiali, Bang Bambang, Bang Dian DJ, Bang Mahendra,
Mbak Saadah dkk) kalian pembimbing setiaku, teman- teman FIKRAH EVZHET (
Duki, Habibi, Singgih, Nizar, Salam, Ichun, Burhan, Ma’ruf, Rizal B, Yanto,
Ervin, Dika, Rizal T, Ulul, Mujab, Noval, Hasbi, Hikam, Khodir, Fathul, Lutvi,
Reza, Aldi dkk) kalian membuat hidupku berwarna.
Terima kasih juga terungkap untuk semua kalangan yang telah membantu untuk terbitnya
novel ini, wabil khusus bang Heri
Kurniawan dkk yang telah berkenan mengedit novel ini.
Akhirnya, tak ada gading yang
tak retak. Selamat membaca dan selamat menantang kehidupan yang penuh tanda
tanya ini.
Jombang, Juni 2012
Mangun Kuncoro
|
Komentar
Posting Komentar