Kota Para Pelopor
I Udara pengap permulaan malam menyelimuti tempat tinggalku, tanah ini telah lama tak diguyur hujan. Ah, mungkin ini pengapnya hawa hujan hendak turun. Di ujung muara sana, geriuh para nelayan berbondong-bondong menepikan perahunya sembari membopong hasil tangkapan ke TPI seberang muara. Aku melihatnya jelas dari jendela lantai dua rumahku. Tepatnya dari arah kamarku yang sengaja ku buat menghadap ke pantai dengan jendela kaca bening berukuran lebar. Jendela itu sengaja ku buat lebar karena aku teramat suka dengan warna jingga langit sore; mengangahnya mentari terbenam dengan burung-burung kecil berterbangan tak tentu: tekadang saling jahil antar sesama, saling cumbu, menyambar ikan-ikan kecil yang lengah di atas perairan. Hem, sama halnya dengan prilaku kebanyakan manusia saat ini: jahil dengan sesamanya, bercumbu tanpa ada ikatan sekalipun dan yang lebih parah lagi begitu tega menyambar saudaranya sendiri; me...